Aku merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu orang kakak laki dan satu
orang adik laki-laki. Oleh karena itu aku merupakan anak perempuan satu-satunya
bagi kedua orang tua ku. Sebagai anak perempuan semata wayang bukan berarti ke dua
orang tua ku memanjakan aku. Bapak ku
merupakan orang yang sangat sayang kepada semua anaknya terutama pada ku. Meskipun
begitu beliau merupakan seorang yang sangat keras dalam mendidik anaknya. Sebagai
anaknya, tentunya aku mewarisi sifatnya yang keras itu. Jika menurut beliau
adalah “A” maka saya harus menjalankannya, jika saya berbuat salah beliau akan
sangat memarahi saya dan beliau melarang saya dalam banyak hal. Oleh karena itu percecokan sering terjadi di
antara kami. Diantara perdebatan yang sering kami lakukan aku sadar meskipun
beliau begitu keras mendidik ku, beliau selalu sayang dan menlindungiku.
Seperti pada tahun kemarin tepatnya di bulan
Juni, aku beserta keluarga berkesempatan untuk pergi umroh. Menurut ku diantara
semua ibadah yang kami lakukan di sana, yang paling berat adalah pada saat
melakukan tawaf kedua. Hal yang membuat hal tersebut sulit adalah ketika tawaf
kedua dilakukan di tengah siang hari bolong, dan jamaah haji pada saat itu
berkalikali lipat lebih banyak di bandingkan dengan tawaf yang pertama. Badan ku
jika dibandingkan para jamaah haji bisa dikatakan sangat kecil. Tentunya itu
membuat ku kesulitan dalam menjalankan ibadah tersebut. Takut terinjak,
tertinggal rombongan haji ku, dan aku
takut pingsan karena tergencet oleh ribuan orang yang sedang melaksanakan ibadah
tawaf juga. Dengan niat karena Allah aku pun melakukan ibadah tersebut sambil
mengucapkan Bismillah. Pada saat mulai semua hal yang aku takutkan ternyata
benar adanya. Badan ku tergencet oleh banyak orang sesak sekali rasanya. Namun bapak
dari belakang dengan sigap melindungi ku. Beliau memegang tangan ku dan menjaga
ku agar aku tetap kusyu dalam menjalankan ibadah ini. Di sekitar ka’bah ada
yang namanya hijir ismail. Semua para jemaah tentunya ingin sekali solat di
dalam sana, termaksut aku. Tapi melihat penuh sesaknya tempat itu aku sedikit
pesimis bisa melksanakan solat di dalam sana. Namun aku, keluarga ku beserta
beberapa rombongan ku masuk ke dalam sana. Kami saling bergantian untuk
melakukan solat. Saat itu aku melihat sedikit tempat untuk solat maka aku
gunakan kesempatan untuk solat. Dibenak ku aku takut ketika solat banyak kaki
yang menginjak kepala ku dan melangkahinya. Tapi ternyata bapak melindungi aku
saat aku solat hingga selesai. Bahkan berkat beliau aku bisa menjalankan
beberapa rakaat solat. Semenjak itu aku semakin sadar bahwa tidak ada orang
lain yang menyayangi ku selain orang tua ku. Meskipun bapak ku keras dan galak,
beliau adalah orang yang sangat penyayang terhadap semua anaknya. Terima kasih
bapak J..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar